Friday, March 30, 2012

Antara Aku, Kamu.. Dan Hujan

Kesukaanku terhadap hujan tak pernah pudar. Meski hujan kadang membuat basah pakaian yang sedari pagi dijemur di halaman beranda rumah kita, tapi kesejukannya mampu membayar lunas bahkan lebih dari semua kekhawatiran tentang itu. Actually, aku sering membiarkan wajahku terbenam dalam tetesan air yang jatuh dari awan mendung tersebut. Sejuk dan damai. Ia mampu merubah mendung bermetamorfosis menjadi kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada energi dingin yang menyelusup ke sebagian pori-pori rasa di arena kecilku. Indah dan menawan sekali.

Arena kecil itu bernama hati, yang selama ini tertutup setelah kepergianmu. Aku lebih suka mendengar bahwa kamulah yang meninggalkanku, bukan sebaliknya aku yang meninggalkan kamu. Meskipun nyatanya, akulah yang meminta kamu untuk melupakanku beserta kenangan kita tanpa alasan yang jelas.
Berkali-kali aku mencari waktu yang tepat untuk meminta maaf padamu, meski berat. Bahkan, sudah terlampau sering aku menyampaikan maaf dan maaf padamu via sms dengan rangkaian kata yang panjang-lebar hingga mencapai 6 karakter. Dan kaupun membalasnya, singkat. Engkau memaafkanku, ringan. Lalu percakapan kita selesai tanpa adanya kesimpulan yang memuaskan.
Aku dan kamu sama-sama merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Kita memutuskan untuk tidak bicara sampai suasana kembali tenang. Kita kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Memori itu seketika hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Engkau sibuk, akupun sibuk. Di tengah kesibukanku, aku pernah membaca dari kisah pengalaman orang lain dan aku merasa bahwa memang benar adanya. Karena persis dengan yang aku rasakan. Aku menangkap bahwa:

“Sesulit apapun itu, menyembuhkan luka di hati sendiri, jauh lebih mudah daripada menyembuhkan luka di hati orang lain. Apalagi jika kitalah yang menyebabkan luka itu. Jadi daripada mereka yang tersakiti karena perlakuan kita,  biarlah kita yang mengalah untuk mencoba memahami mereka, walaupun mungkin itu akan sedikit menyakiti kita. Tapi setidaknya, kita punya kuasa atas hati kita sendiri. Kita bisa menata hati kita, menyembuhkannya perlahan-lahan, sampai di titik tertentu, hati kita tidak sakit lagi oleh luka yang sama. Sampai hati kita lebih kuat dan lebih tulus lagi dalam menyikapi hidup. Dan semua itu tak bisa kita lakukan pada hatinya orang lain.” 
 
Ada sebaris kisah antara aku, kamu dan hujan. Ketika kamu pernah berkata bahwa kamu ga suka dengan yang namanya perubahan. Dulu, aku sepakat denganmu. Tapi kini, aku berubah pikiran, dari hujan aku belajar tentang perubahan. Hujan merupakan sebuah proses yang selalu diawali dengan mendung dan diiringi oleh suara gemuruh yang menakutkan. Baru kemudian ia akan menjelma menjadi butiran air yang menyenangkan.

Menurutmu, itulah sebuah perjuangan yang akan indah pada waktunya meski awalnya terasa amat sangat pahit sekali. Jujur, aku selalu suka melihat dari sisi bijaksanamu. Aku masih setuju dengan cara pandangmu, hanya saja kini, aku sedikit menambahkan bahwa hujan juga merupakan sebuah proses perubahan. Hidup ini butuh yang namanya perubahan. Tidak akan ada hujan bila awan mendung dan gemuruh tidak pernah mengalami perubahan.

Aku sangat ingin seperti hujan. Merubah diri, menjelma dan bermetamorfosis menjadi hal yang menyenangkan bagi siapa saja yang melihat, menyentuh dan merasakan kehadirannya.

Akhirnya.. Aku mengerti, bahwa setiap luka yang kita goreskan pada orang lain, membutuhkan rentang waktu untuk kembali memulihkannya. Kalaupun sudah pulih, luka selalu menimbulkan bekas tersendiri yang tak mudah dilupakan oleh pemiliknya.
Kini.. Aku harus kembali menata hati agar tak lagi menggoreskan luka di arena kecilmu, yang bernama hati, aku hanya ingin menjadi pengobat luka dan penyejuk hatimu. Seperti hujan..

Mari sama-sama belajar untuk mendalami sebuah rasa, rasa yang selalu bisa menjadi penawar segala bentuk perubahan; yang menyadarkan kita bahwasanya apa yang kita miliki, semua adalah titipan dariNya dan kapanpun bisa Ia ambil dan hilang dalam sekejap;

Sabar dan Ikhlas :)

No comments:

Post a Comment