Monday, May 28, 2012

Tentangmu :: Sahabat Fillah :')

Ada banyak hal yang ingin saya ceritakan tapi tak bisa lewat lisan. Karena bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan. Dan kalau boleh jujur, saya lebih suka bahasa tulisan daripada bahasa lisan. Dalam bentuk apapun itu. Mungkin itu juga salah satu alasan kenapa saya lebih suka komunikasi via sms daripada telepon.

Saya yang berkepribadian 'Plegmatis' mengakui secara tegas bahwa saya memang lebih sering atau tepatnya lebih menyukai metode belajar yang mengutamakan mata dan telinga daripada mulut. Mata yang belajar lewat melihat, mengamati, mengawasi dan memperhatikan. Telinga yang lebih banyak mendengar dan mulut yang lebih sering tertutup supaya kinerja otak saya bisa menyimak dengan lebih seksama tanpa berisik. Begitulah saya.


Dahulu.. Sebelum saya mengetahui kepribadian ini, saya selalu bingung harus bagaimana agar saya menikmati proses belajar-mengajar dimanapun yang saya bisa. Seiring berjalannya waktu sampai saya dipertemukan dengan seorang murabbi yang amat berpengaruh terhadap perubahan kepribadian saya. Namanya mb Istiqomah.

Entah dengan cara apa dan bagaimana proses konkritnya, ketika murabbi saya berganti menjadi mb Isti, pandangan saya mengenai liqo' berubah 180 derajat. Kalau dahulunya saya ogah-ogahan datang, kali ini saya malah ngebet ngajakin sahabat saya bernama Ayu agar selalu menghadiri liqo'. Saya benar-benar merasa tertarik ingin belajar mengenai islam lebih dalam. Saya selalu penasaran dengan setiap materi yang akan ia sampaikan setiap minggunya. Ia begitu lembut, sabar dan penyayang. Ia pandai meracik kebenaran dengan sifat baiknya. Bahkan, tanpa sadar, saya hampir selalu menangis dari setiap ilmu yang baru saya ketahui lewat pribadinya yang juga plegmatis.. :')

"Terimakasih mb... Melalui mb, Allah memberikan saya hidayahNya..."

Akhirnya saya mengerti, Kebenaran apapun itu jika disampaikan bukan dengan kebaikan dan kesabaran, ia akan menguap begitu saja tak bersisa. Sedangkan kebenaran yang disampaikan dengan kebaikan dan kesabaran, ia akan lebih mudah diterima oleh hati. Saya yang berkepribadian plegmatis ini adalah sosok yang keras kepala, selalu merasa paling benar. Sehingga susah untuk menerima kebenaran yang sesungguhnya, apalagi jika kebenaran itu disampaikan dengan kekasaran atau semacam pemaksaan. Ianya jadi terlihat pudar karena dibungkus dengan kejahatan.

Jadi, hanya karena kebenaran yang dibungkus dengan kebaikanlah, akhirnya saya bisa lebih mudah menerima kebenaran sampai ke relung-relung hati yang terdalam. Bahkan, meski tanpa mb Isti di sisi, saya mencari sendiri apa saja bentuk kebenaran itu yang harus saya ketahui.
Dan semakin saya cari, saya merasa ilmu saya belum ada apa-apanya. Barangkali saya kaya akan ilmu jasmaniah. Tapi untuk ilmu batiniah atau rohaniah, saya akui bahwa saya benar-benar miskin. Untuk itu, saya berusaha menyeimbangkan kebutuhan akan jasmani dan rohani saya. Semuanya harus terproporsi dengan baik.

"Mb Isti... Semoga kelak Allah mempertemukan kita di surganya bersama sahabat fillah di liqo' kita ya: Ayu, Umi, Eni, Pipin, Devida, Celly, Lia... Allahumma Aamiin :')"

" Buat saya, mb Isti adalah penebar cahaya pertama yang mampu menembus sisi gelap di relung hati saya. Terimakasih mb telah menyelamatkan saya dari pekatnya gelap :)"

#DalamSenandungRabithah-Al-MatsuratSore

NB: Tidak ada kepribadian yang buruk.. Baik itu koleris, sanguinis, melankolis maupun plegmatis. Hanya saja, masing-masing kepribadian itu ada sisi baik dan sisi buruknya. Dan, kita bisa saja memiliki dua kepribadian, tetapi lihatlah mana yang paling condong. Sehingga kita bisa mempelajari metode belajar yang baik untuk kepribadian kita.. Karena hidup ini harus terus belajar. Ilmu harus tetap mengalir hingga nafas berakhir.. ^_^

No comments:

Post a Comment