Wednesday, May 4, 2016

Hello Mei, Let's Move On!

Saya sedang suka~sukanya sama lagu tiffany, judulnya Jangan Bersedih. Lagu ini memotivasi saya untuk move on dari masa lalu.. saya pernah jatuh hati pada seseorang, mengaguminya, sosok lelaki impian saya. Pekerja keras, smart, dan yang terpenting agamanya menurut saya cukup baik untuk seorang pemimpin keluarga nanti. Pernah memiliki mimpi masa depan yang sama, merancangnya begitu indah, sampai saya tak sanggup untuk bangun dari mimpi itu..

Saya tahu, semenjak SMA dia mengagumi saya, yah meskipun sekarang saya sadar mungkin sebenarnya dia hanya terobsesi saja pada saya. Ketika SMA, sejujurnya saya sama sekali tak menaruh hati padanya, karena saya menyukai pria yang sebaya dengan saya, bukan sosok kakak tingkat seperti dia yang terlalu kaku dan disiplin. Hingga ketika saya dikhianati sama teman sebaya saya tersebut, saya menerima kakak tingkat yang serius itu hanya untuk membuat mantan saya cemburu, hanya ingin membuktikan bahwa saya bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari dia. Yah, namanya juga cinta monyet. Saya menerima kakak itu pas ketika dia purna wisuda SMA, kala itu saya kelas 11 naik ke kelas 12. Yah, kami mencoba LDR. Jalan beberapa bulan, saya mutusin dia dengan alasan mau fokus belajar, padahal sebenarnya saya ga ada rasa sama sekali padanya. Dia masih sering mencoba komunikasi dengan saya lewat sosmed, karena memang saya ganti nomor handphone. Kadang saya abaikan, kadang saya jawab seadanya.

Sampai saya kuliah, setelah bosan juga ngejomblo, hehe. Akhirnya saya mencoba ngebuka hati lagi untuk sosok yang baru saya kenal di bangku kuliah, sosok yang selalu ngebantuin tugas kuliah saya. Pada saat saya memasang status berpacaran di salah satu sosmed, kakak itu ngucapin selamat, dan selang beberapa bulan saya tahu dia juga sedang menjalin hubungan di pulau seberang. Iya, sepertinya kakak itu sudah move on dari saya. Sedikit lega, hehe, karena ga ada lagi yang gangguin saya.
Saat kuliah, saya sangat merasa beruntung memiliki sosok pacar yang tampan, baik, pinter juga. Tanpa saya sadari, karena itulah banyak wanita lain juga yang mengaguminya, yang pasti banyak yang lebih baik dari saya. Singkat cerita badai itu datang yang membuat saya cemburu karena ternyata dia bukan hanya baik pada saya. Dia juga baik, ramah dan perhatian pada wanita lain. Akhirnya, saya putus dengan dia, meskipun di awal sulit banget untuk move on, saya bisa melupakannya dan bertekad untuk tidak pacaran lagi, hanya untuk berfokus sama kuliah, saya juga aktif organisasi untuk mencari kesibukan, sibuk ikut liqo atau semacam pengajian mahasiswa gitu. Terkadang saya rajin curhat sama murabbi atau mentor liqo saya, dan dialah yang membuat saya semangat move on, lalu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang saya alami. Sampai akhirnya saya berhasil wisuda dengan predikat cumlaude.

Lalu, saya kerja di salah satu bimbingan belajar, membagi sedikit ilmu matematika yang saya miliki. Karena memang saya maunya kerja di kota, bosan di dusun, hehe. Kakak itu datang lagi menyapa saya lewat sosmed. Iya, kakak tingkat yang sekarang pastinya sudah kerja juga, sambil S2 di MM UGM, yang sekarang mungkin menjadi idola banyak wanita. Sudah lama sekali tak berjumpa, bahkan mungkin saya sudah lama melupakannya.
Saya sadar, sekarang sudut pandang saya mengenai calon suami idaman berubah 180 derajat dari kriteria saya saat SMA atau kuliah. Harusnya dari dulu, sosok seperti dia yang saya kagumi. Bukan sosok pemain basket, anak band atau anak gaul lainnya.
Singkatnya, saya mulai dekat lagi dengannya, sosok kakak yang rajin mengingatkan saya, sampai akhirnya kami balikan lagi, namun seiring berjalan waktu, entah kenapa dia memutuskan saya, dia bilang hanya ingin bersahabat dengan saya. Harusnya saya sadar, sekarang dia bukan yang dulu lagi. Bukan kakak tingkat kayak SMA lagi. Saya merasa sedih banget dan ga mau lagi bicara dengannya. Saya yang sudah berusaha untuk membuka hati untuknya, dia malah mengkhianati saya. Yah, mungkin dia mau balas dendam dengan saya, tapi apapun itu, saya sudah memutuskan untuk tidak akan mengingatnya lagi. Dan untungnya jarak kami jauh, jadi ga terlalu sulit untuk melupakannya. 

Kayak lirik lagunya tiffany:
Mungkin dia memang bukan jodohmu, dipaksakan nanti sakit hatimu.. pilihan Tuhan pasti jauh terbaik, jadi jangan bersedih lagi... ☺


Sekarang saya mau fokus ke karir dulu, semoga saja bertemu jodoh yang terbaik yang dikasih sama Gusti Allah... ☺

No comments:

Post a Comment