Aku bukan remaja lagi yang bisa kamu buat berbunga-bunga dengan kata cinta. Lima kali pacaran bagiku sudah lebih dari cukup untuk dijadikan pembelajaran hidup. Bersamaan itu pula, aku telah menyadari bahwa yang selama ini kulakukan lebih banyak mudharat dibanding manfaatnya. Karena itulah aku selalu berterimakasih kepada kamu yang telah menyakitiku, sehingga aku bisa tersadar dari aktifitas yang sudah dianggap lumrah dan semacam kebanggaan tersendiri di kalangan remaja saat ini. Yah, meski kesadaranku datangnya terlambat. Tapi, setidaknya lebih baik terlambat daripada amat terlambat, bukan ?
Terkadang kita harus merasakan api biar kita tahu bahwa api itu panas dan terasa sakit bila disentuh, supaya setelah itu kita takkan mencoba menyentuhnya lagi jika tak ingin kulit kita terbakar dan melepuh.
Tak pernah aku menyesali apalagi memungkiri bahwa kamu pernah menjadi orang yang sangat spesial di sanubariku bahkan melebihi diriku sendiri. Hanya saja, aku tak mau hidup dalam bayangan masa lalu. Bagiku, seindah apapun masa lalu, mereka adalah serpihan yang hanya menjadi sarana pembelajaran untuk melangkah ke depan. Sudah. Titik. Selesai.
Aku juga tak pernah menuntut pasangan hidup seperti apa yang aku idam-idamkan, aku tak mau ambil pusing dengan masalah itu. Karena nyatanya aku juga bukan siapa-siapa yang bisa diidam-idamkan. Namun begitu, aku selalu percaya pada janji Tuhan yang pernah aku baca dalam Al-Quran dan setiap orang pasti tak asing lagi dengan firmanNya yang satu ini, aku meyakini bahwa:
"Wanita yang baik hanya untuk pria yang baik pula. Begitupun sebaliknya, pria yang baik hanya untuk wanita yang baik pula".
Sesederhana itu saja. Karena sesungguhnya "Jodoh, Rezeki dan Kematian", semuanya sudah ditentukan dan tertulis di lauhul mahfuz. Jadi, aku tak pernah takut jika semua itu direbut oleh orang lain.
Kalaupun demikian yang terjadi, artinya memang semua itu bukan milik kita, bukan hak kita yang sebenarnya. Jalan terbaik adalah dengan kembali menyerahkan urusan kita kepada Dia yang Maha Tahu apa yang terbaik, yang Maha Meliputi segala sesuatu. Dengan kata lain dinamakan Tawakkal.
Kalaupun demikian yang terjadi, artinya memang semua itu bukan milik kita, bukan hak kita yang sebenarnya. Jalan terbaik adalah dengan kembali menyerahkan urusan kita kepada Dia yang Maha Tahu apa yang terbaik, yang Maha Meliputi segala sesuatu. Dengan kata lain dinamakan Tawakkal.
Akhirnya, aku dapat menarik kesimpulan singkat dari janji Tuhan di atas;
Jika aku menginginkan pasangan hidup yang baik menurut pandanganNya, maka aku harus bisa mencapai level baik menurut pandanganNya pula.
~~~
Setujuuu..!!
ReplyDeleteBismillah,, smga Allah senatiasa menjaga kita..
Aamiin.. :)
Aamiin ya Rabb :)
ReplyDelete