Tiba-tiba ingin menulis. Hehe. Dapat angin segar nih. Entah jenis angin apa dan darimana ? Tapi, Alhamdulillah. Allah masih memberikan waktu senggang ini untukku bisa menulis kembali. Merangkai kata. Membuka jendela inspirasi. Menabur sebaris harapan dari sebongkah cerita. Sebelum disibukkan lagi oleh tugas-tugas beserta keluarganya. Hoho. Sekedar bahan pengingat bagi kita semua. Tak terkecuali, aku. Yang masih dan harus tetap belajar sampai nafas, denyut nadi, aliran darah dan detak jantung ini terhenti bersama Takdir illahi..
~
Mereka bilang aku pendiam. Haha. Padahal sebenarnya aku tak sependiam yang mereka duga. Barangkali pendiam menurut pandangan setiap orang itu berbeda kali ya. Nyatanya, mataku selalu berkedip-kedip. Melihat ke atas - ke bawah, melirik ke kiri - ke kanan. Faktanya pikiranku selalu mengais-ngais apa saja tentang kehidupan ini. Saat inipun, jemari tanganku masih hilir-mudik melintasi deretan alfabet laptopku satu per satu. Aku bukan pendiam bukan ?
Pendiam lawannya periang. Periang itu ga mesti mengoceh sepanjang hari. Ga mesti lari sana, lari sini. Periang itu bisa tampak ketika kita mampu tersenyum kepada siapa saja. Ketika kita mampu menyapa, mengayomi dan saling berbagi tanpa memandang harkat, derajat dan martabat antar anak adam. Ah, alangkah indahnya hidup ini bila setiap diri menyadari perannya sebagai makhluk Tuhan yang sejatinya selalu menebar kebaikan. Menjadi sosok inspirator kebenaran bagi orang-orang di sekitarnya. Menjadi contoh yang baik bagi semua. Rahmatan lil'alamin.
Terkadang ada beberapa alasan yang membuat seseorang lebih memilih diam daripada banyak bicara. Aku jadi teringat sebuah motivasi dari seorang dosen yang membuatku mengangguk-angguk tiada henti hingga lelah sendiri. Hihi. tapi beneran, motivasi itu mampu merubah batu menjadi cair. Aku sampai hafal kalimatnya, "Mutiara itu jangan selalu ditampakkan. Kalau selalu ditampakkan, nanti jadi kusam".
Rasanya benar-benar pas bagi manusia yang lumrahnya memiliki nafsu 'selalu ingin dipuji dan dibanggakan'. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu. Karena sudah begitulah adanya. Semua itu manusiawi. Hanya saja, mengenai nafsu itu sendiri ada yang bisa mengendalikan dan ada yang tidak. Disitulah letak ujian dariNya.
Misalnya, jika kita pandai dan memiliki prestasi yang hebat. Barangkali seharusnya, tak perlulah kita memberitahu dan menunjukkan kepada dunia bahwa, "Aku ini pintar banget loh, kamu harus tau itu". Atau barangkali kita memiliki paras yang rupawan. Tak perlulah juga dipamerkan. Begitu logikanya bukan ?
Hmm, betapa repotnya jika hidup hanya sekedar untuk menarik 'Perhatian' dan mencari 'Pujian' dari orang lain. Teramat kasihan, ketika ia sudah repot-repot seperti itu. Ternyata bukan pujian yang ia dapat. Justru kebencian yang datang berlipat.
Teman.. Kalaupun mereka menyukai kita, mereka akan tau semuanya bahkan lebih tau tentang kita dari kitanya sendiri. Tetapi sebaliknya, bila kelebihan itu selalu ditampakkan atau dibuat-buat supaya tampak. Yang ada bukannya mereka simpati, tetapi malah illfeel dengan semua yang kita lakukan. Jangankan untuk bicara. Bertatap muka untuk sekedar melihat kita saja, mereka sudah muak. Apalagi bila harus berbincang-bincang secara panjang-lebar. Wah.. Hanya orang yang memiliki kesabaran luar biasa yang mungkin bisa bertahan.
Yah.. Jadi, untuk apa kita pintar dan memiliki segalanya jika hidup hanya untuk mendatangkan kebencian orang lain dan memancing kemurkaan Tuhan ? Na'udzubillah.
So, jagalah mutiara itu supaya tidak kusam.. Tetaplah rendah hati, teman. Hingga tak menimbulkan sekat dan kecemburuan sosial bagi orang lain.. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri bukan, selagi nyawa masih menyatu dengan raga.. ^_^