Ayu Hartina. Mungkin dia takkan pernah sadar sampai dia membaca tulisan saya yang satu ini. Seorang sahabat yang saya kenal semenjak berstatus sebagai mahasiswa program studi Teknik Pertanian di Universitas Sriwijaya. Entah bagaimana ceritanya kami bisa bersahabat sampai saat ini yang sama-sama sedang sibuk menggeluti tugas akhir di akhir semester 7. Mudah-mudahan dimudahkan oleh Allah dan kami bisa berwisuda bersama (Aamiin).
Saya sama sekali tidak ingin membahas tentang proses terjalinnya kedekatan antara kami. Saya ingin membahas suatu kejadian yang membuat saya benar-benar mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada dia. Kejadian yang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah saya. Mungkin ini juga alasan mengapa kami bisa bersahabat selama ini sementara kebanyakan teman lain yang dengan mudah berganti-ganti teman dekat masing-masing.
Baiklah, saya langsung ke pokok cerita dimana seorang Ayu adalah gerbang yang membawa saya mengalami perubahan 180 derajat dari kehidupan saya biasanya. Tentunya perubahan ke arah positif. Memang Universitas saya sudah ada yang namanya kegiatan AMKAI setiap memasuki tahun ajaran baru, semacam kegiatan belajar agama islam pada umumnya. Tapi hanya sebatas pengkajian saja dan mahasiswa bisa bebas untuk lanjut atau berhenti. Sehubungan tahun pertama kuliah adalah masa-masa tersibuk dengan segala praktikum dan tugas-tugasnya, kami memutuskan berhenti AMKAI saja.
Memasuki semester 4, Ayu tiba-tiba memulai percakapan. Percakapan yang tak biasa kami bicarakan. Ayu bilang sedih ya justru semakin kuliah rasanya kita semakin jauh dari ilmu agama. Ada sih 2 sks mata kuliah agama di semester 2, tapi menurut ayu masa cuma sebatas itu saja kita belajarnya, sebatas shalat 5 waktu, puasa saja. Bukankah ilmu agama itu adalah pokok ilmu yang mencakup segala bidang kehidupan ? Deg, dalam hati saya berpikir benar juga kata Ayu. Hati saya terasa kosong dan gersang tanpa adanya masukan ilmu untuk lebih mengenal agama saya sendiri.
Dan ini alasan saya mengapa saya sangat berterimakasih kepada Ayu, karena dialah yang membantu saya mendapatkan semacam pencerahan. Dialah yang memaksa saya untuk mengikuti Tarbiyah, yaitu semacam pertemuan rutin yang dipimpin oleh seorang murabbi yang lebih paham tentang agama islam.
Jujur, awalnya saya terpaksa karena ga enak menolak ajakan sahabat saya tercinta, saya pikir jika itu baik mengapa tidak dicoba dulu ? Dan kalian tahu, yang pertama saya alami adalah tersinggung. Tersinggung karena murabbi saya membahas tentang makna "Berpakaian tapi telanjang" yakni berpakaian ketat dan transparan. Yah, meskipun barangkali murabbi saya tak bermaksud untuk menyinggung, saya sekarang mengucapkan beribu-ribu terimakasih, karena semenjak itu saya sering banyak melamun, berpikir, mencari tahu dan akhirnya membenarkan beliau. Alhamdulillah, atas izin Allah akhirnya saya bisa terlepas dari segala pakaian ketat seperti celana jeans warna-warni saya. Wa syukurillah.
Di pertemuan berikutnya masih dengan murabbi yang sama, saya merasa Allah benar-benar telah memberikan hidayahNya. Saya tak kuasa menahan airmata saya ketika diceritakan betapa mulianya akhlak dan hati manusia terbaik dan nabi terakhir kita, rasulullah salallahu 'alaihi wasallam.
Iya, pria itu adalah Muhammad, penutup para nabi, sebaik-baiknya
manusia; yang pernah membalas lemparan batu dengan lemparan doa; yang
mencintai umatnya lebih dari mencintai dirinya sendiri; yang di akhir
hayatnya, masih sempat mengingat dan memperhatikan umatnya; Yang pernah
ditunjukkan syurga, tapi tidak tergoda untuk menetap di dalamnya,
memilih kembali ke bumi, tak rela melihat umatnya yang masih banyak
tersesat. Dialah Muhammad, yang lebih senang memotong tangan putri
kesayangannya daripada melihat ketidakadilan yang merajalela; yang
dengan tulus memamah dan menyuapi pengemis yahudi sambil mendengarkah
hinaan dan cacian terhadap dirinya; yang mengajarkan kita (umatnya)
tentang ketuhanan, kebenaran, juga kemanusiaan. Maka, tak inginkah kamu
bertemu dengannya?
Jujur, saya baru mendapati kisah yang begitu menyentuh batin saya sampai ke akar-akarnya. Saya memang tahu bahwa Muhammad adalah rasul terakhir kita yang diutus oleh Allah dan diberi mukjizat Al-quran, tapi saya tak pernah sampai detail diceritakan bagaimana kisah perjalanan hidup beliau. Belum pernah.
Dan semenjak hari itu, saya seperti terlahir kembali, saya lebih semangat dan rajin mengikuti tarbiyah dan berusaha setiap hari untuk memperbaiki diri. Alhamdulillah, Allah telah memberi saya hidayah melalui Ayu sahabat saya dan murabbi saya dengan cerita-ceritanya yang amat berkesan. Semoga kelak kami dipertemukan Allah kembali di syurganya dan berjumpa Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam. Allahumma Aamiin.
Kalau dulu saya kebanyakan mengidolakan artis-artis yang tampan, kini
saya hanya mengidolakan Nabi Muhammad, dan saya akan selalu berusaha
mengikuti sunnah beliau. Semampu saya.
*Edisi Maulid Nabi Muhammad (12 Rabiul Awal 1434 H), Allahumma Shalli 'Ala Muhammad Wa 'Ala Ali Muhammad*