Pernah suatu ketika kala aku duduk sendirian di antara cahaya temaram rembulan yang tak mau bersahabat. Langitpun mendung seperti turut mendukung, membuat suatu rasa yang lagi populer di kalangan remaja pada saat itu, "GALAU".
Namun galau yang aku rasakan bukan karena cinta atau uang atau keluarga atau apa. ini langsung berurusan dengan masalah pengorbanan yang aku lakukan, pengorbanan yang aku rasa harus dibayar dengan harga atau nilai yang setimpal.
Lama aku merenung dan melamun dalam berpikir. Mencari titik terang, mencari pelajaran, mencoba mencari hikmah di balik ini semua.
Terlintas di benakku, seakan-akan bertanya pada Sang Pemilik kehidupan, kepada Dia yang Maha Tahu segalanya.
Aku bertanya dalam kegalauan, "Tuhanku, Engkau Melihat bukan ? Engkau Mengetahui bukan ? Engkau Maha Adil bukan ? Lalu kenapa blablabla..."
Astaghfirullah, serentak aku beristighfar, menyadari kesalahan diri yang seolah-olah tak mau menerima takdirNya.
Mungkin bibir dan logika ini mencoba meyakinkan bahwa akan ada banyak pembelajaran dan hikmah di balik semua ini jika kita BERSABAR. Itu saja, SABAR. Itu yang harus aku lakukan.
Sejenak aku mencoba meyakinkan rumah mungil yang masing-masing makhluk yang bergelar manusia memilikiNya, termasuk aku. Hati. Akan tetapi, tidak semua orang mampu menjaga rumah mungil ini agar tetap bersih, bahkan diriku.
Untuk tetap tenang dengan menyibukkan diri mendekat padaNya.
Namun, entah kenapa setiap waktu luang, ketika ada celah untuk melamun, aku teringat lagi, mencoba berpikir lagi, apa sih hikmahnya ? Bahkan berhari-hari aku galau hanya karena masalah pengorbanan yang menurutku tidak adil. Astaghfirullah.
Dikegalauan itu, lagi-lagi hati berbisik bertanya pada Tuhan, "Tuhan, aku percaya semua pasti ada hikmahNya. Tapi kenapa hati ini sakit bila ingat pengorbanan itu. Harus bagaimana ini ya Allah, ya Tuhanku."
Tak lama dari itu, mutiara di balik kelopak mata itupun perlahan menetes. kemudian mengalir. Ah, betapa cengengnya aku. Hanya karena nilai aku seperti ini. Dimanakah aku yang dulu ? Bukankah dari jauh-jauh hari sudah aku tegaskan pada diri sendiri. Bahwa:
"Air mata kita terlalu berharga untuk diberikan kepada dunia. Tak perlu menangis ketika seluruh dunia meninggalkanmu. Tetapi menangislah ketika engkau mulai menjauh dariNya hanya karena tipu daya dunia."
Yah, lalu kenapa kini aku lemah, aku kalah hanya karena merasa kurang adil.
Aku menangis, mencoba mengadu dan memohon petunjuk kepadaNya. Karena aku tau semua solusi ada pada Dia Sang Pengatur segalanya, Allah Azza Wa Jalla.
Aku merasa sedikit tenang dan lega setelah mengadu padaNya. Alhamdulillah.
Tak lama dari itu sebuah pesan singkat dari sahabatku masuk di handphoneku, dia bertanya masalah nilainya yang kebetulan aku tau.
Subhanallah, inilah jawaban atas rasa kegalauanku :')
Allah menjawab semuanya melalui dia. Aku yakin Allah amat dekat, takkan pernah Ia biarkan hambaNya menangis.
Sahabatku yang mendapatkan nilai yang lebih kecil dariku saja setegar itu. kenapa aku yang nilainya sedikit lebih baik darinya tak bisa setegar dia.
Ya Allah, memang belajar ikhlas itu harus dengan ujian seperti ini. Harus dengan ujian sahabatku. Kita tak bisa mengaku-ngaku "Aku ikhlas" padahal hati masih merasa sakit, masih merasa iri dengan nikmat orang lain yang lebih baik.
Kata-kata darimu sangat berarti buatku, sahabatku.. Yang akan selalu aku ingat seumur hidupku.
Kurang lebih seperti ini pesan singkat darimu yang begitu mencabuk rumah mungilku, bergelar hati ini..
"Ikhlas itu tidak mudah, kita harus bebaskan hati dari iri dengki terhadap nikmat orang lain. Maafkan segala kesalahan orang lain tanpa syarat. Syukuri takdirNya tanpa sedikitpun menggugat."
"Baik-buruknya nilai adalah ujian dari Allah.."
"Di saat kita berada di bawah, kita di uji untuk ikhlas dan sabar. Di saat kita berada di atas, kita di uji dengan pujian untuk tidak sombong dan tetap bersyukur."
Singkat cerita, aku menangis bahagia membacanya. Menemukan titik terang dari masalah galau yang menurutku berarti harus lebih banyak belajar. Belajar tak harus dari buku-buku yang terkadang membosankan, kita harus banyak belajar dari apapun, belajar dari alam, belajar dari orang lain dan sebagainya, serta galau juga berarti bahwa kita harus lebih mendekatkan diri pada Dia, Sang Pemilik Hati. Allah Subhanahu Wata'ala. Agar kita tak salah langkah, agar kita selalu lurus dalam dekapanNya. Aamiin Allahumma Aamiin..
Hikmahnya:
Aku bisa belajar Sabar, Ikhlas dan Syukur sekaligus dari itu.
Bahwa tak selamanya kita berada di atas.
Allah memberikan kekurangan agar manusia tidak sombong.
Kesuksesan itu bukan sekedar dari IQ yang tinggi, ia hanya membantu 10%, selain itu ESQ lah yang berperan.
Menjadikan kita lebih bijaksana dan dewasa, insya Allah.
Mungkin usahaku kurang maksimal.
Mungkin ada kecurangan dan ketidakjujuran di balik pengorbanan.
Dan tentunya ada banyak hikmah lain dari setiap ujian, so, bersyukurlah bagi kita yang mendapat ujian dariNya, karena melalui ujian pula, kita bisa lebih mengenal Allah, kita bisa lebih dekat dengan Allah.
Semoga bermanfaat yaa bagi sahabat-sahabat yang kurang lebih mengalami kegalauan seperti yang aku rasakan.. Hihi.. Yuuk berlomba-lomba mencari hikmah di baliknya.. Semangaat !! Say no to galau... ^^
*Jazakumullah atas semua nasihat-nasihatmu, aku banyak belajar darimu.. Sahabatku, Eccy*
^_^
Namun galau yang aku rasakan bukan karena cinta atau uang atau keluarga atau apa. ini langsung berurusan dengan masalah pengorbanan yang aku lakukan, pengorbanan yang aku rasa harus dibayar dengan harga atau nilai yang setimpal.
Lama aku merenung dan melamun dalam berpikir. Mencari titik terang, mencari pelajaran, mencoba mencari hikmah di balik ini semua.
Terlintas di benakku, seakan-akan bertanya pada Sang Pemilik kehidupan, kepada Dia yang Maha Tahu segalanya.
Aku bertanya dalam kegalauan, "Tuhanku, Engkau Melihat bukan ? Engkau Mengetahui bukan ? Engkau Maha Adil bukan ? Lalu kenapa blablabla..."
Astaghfirullah, serentak aku beristighfar, menyadari kesalahan diri yang seolah-olah tak mau menerima takdirNya.
Mungkin bibir dan logika ini mencoba meyakinkan bahwa akan ada banyak pembelajaran dan hikmah di balik semua ini jika kita BERSABAR. Itu saja, SABAR. Itu yang harus aku lakukan.
Sejenak aku mencoba meyakinkan rumah mungil yang masing-masing makhluk yang bergelar manusia memilikiNya, termasuk aku. Hati. Akan tetapi, tidak semua orang mampu menjaga rumah mungil ini agar tetap bersih, bahkan diriku.
Untuk tetap tenang dengan menyibukkan diri mendekat padaNya.
Namun, entah kenapa setiap waktu luang, ketika ada celah untuk melamun, aku teringat lagi, mencoba berpikir lagi, apa sih hikmahnya ? Bahkan berhari-hari aku galau hanya karena masalah pengorbanan yang menurutku tidak adil. Astaghfirullah.
Dikegalauan itu, lagi-lagi hati berbisik bertanya pada Tuhan, "Tuhan, aku percaya semua pasti ada hikmahNya. Tapi kenapa hati ini sakit bila ingat pengorbanan itu. Harus bagaimana ini ya Allah, ya Tuhanku."
Tak lama dari itu, mutiara di balik kelopak mata itupun perlahan menetes. kemudian mengalir. Ah, betapa cengengnya aku. Hanya karena nilai aku seperti ini. Dimanakah aku yang dulu ? Bukankah dari jauh-jauh hari sudah aku tegaskan pada diri sendiri. Bahwa:
"Air mata kita terlalu berharga untuk diberikan kepada dunia. Tak perlu menangis ketika seluruh dunia meninggalkanmu. Tetapi menangislah ketika engkau mulai menjauh dariNya hanya karena tipu daya dunia."
Yah, lalu kenapa kini aku lemah, aku kalah hanya karena merasa kurang adil.
Aku menangis, mencoba mengadu dan memohon petunjuk kepadaNya. Karena aku tau semua solusi ada pada Dia Sang Pengatur segalanya, Allah Azza Wa Jalla.
Aku merasa sedikit tenang dan lega setelah mengadu padaNya. Alhamdulillah.
Tak lama dari itu sebuah pesan singkat dari sahabatku masuk di handphoneku, dia bertanya masalah nilainya yang kebetulan aku tau.
Subhanallah, inilah jawaban atas rasa kegalauanku :')
Allah menjawab semuanya melalui dia. Aku yakin Allah amat dekat, takkan pernah Ia biarkan hambaNya menangis.
Sahabatku yang mendapatkan nilai yang lebih kecil dariku saja setegar itu. kenapa aku yang nilainya sedikit lebih baik darinya tak bisa setegar dia.
Ya Allah, memang belajar ikhlas itu harus dengan ujian seperti ini. Harus dengan ujian sahabatku. Kita tak bisa mengaku-ngaku "Aku ikhlas" padahal hati masih merasa sakit, masih merasa iri dengan nikmat orang lain yang lebih baik.
Kata-kata darimu sangat berarti buatku, sahabatku.. Yang akan selalu aku ingat seumur hidupku.
Kurang lebih seperti ini pesan singkat darimu yang begitu mencabuk rumah mungilku, bergelar hati ini..
"Ikhlas itu tidak mudah, kita harus bebaskan hati dari iri dengki terhadap nikmat orang lain. Maafkan segala kesalahan orang lain tanpa syarat. Syukuri takdirNya tanpa sedikitpun menggugat."
"Baik-buruknya nilai adalah ujian dari Allah.."
"Di saat kita berada di bawah, kita di uji untuk ikhlas dan sabar. Di saat kita berada di atas, kita di uji dengan pujian untuk tidak sombong dan tetap bersyukur."
Singkat cerita, aku menangis bahagia membacanya. Menemukan titik terang dari masalah galau yang menurutku berarti harus lebih banyak belajar. Belajar tak harus dari buku-buku yang terkadang membosankan, kita harus banyak belajar dari apapun, belajar dari alam, belajar dari orang lain dan sebagainya, serta galau juga berarti bahwa kita harus lebih mendekatkan diri pada Dia, Sang Pemilik Hati. Allah Subhanahu Wata'ala. Agar kita tak salah langkah, agar kita selalu lurus dalam dekapanNya. Aamiin Allahumma Aamiin..
Hikmahnya:
Aku bisa belajar Sabar, Ikhlas dan Syukur sekaligus dari itu.
Bahwa tak selamanya kita berada di atas.
Allah memberikan kekurangan agar manusia tidak sombong.
Kesuksesan itu bukan sekedar dari IQ yang tinggi, ia hanya membantu 10%, selain itu ESQ lah yang berperan.
Menjadikan kita lebih bijaksana dan dewasa, insya Allah.
Mungkin usahaku kurang maksimal.
Mungkin ada kecurangan dan ketidakjujuran di balik pengorbanan.
Dan tentunya ada banyak hikmah lain dari setiap ujian, so, bersyukurlah bagi kita yang mendapat ujian dariNya, karena melalui ujian pula, kita bisa lebih mengenal Allah, kita bisa lebih dekat dengan Allah.
Semoga bermanfaat yaa bagi sahabat-sahabat yang kurang lebih mengalami kegalauan seperti yang aku rasakan.. Hihi.. Yuuk berlomba-lomba mencari hikmah di baliknya.. Semangaat !! Say no to galau... ^^
*Jazakumullah atas semua nasihat-nasihatmu, aku banyak belajar darimu.. Sahabatku, Eccy*
^_^